Kodrat. Inilah
unsur berikutnya yang menopang asas hak dan kemandirian dalam kehidupan
masyarakat. Kodrat pada manusia merupakan kuasa pribadi. Kodrat tidak didapat
dari luar diri. Dengan demikian kodrat tidak berasal dari pelatihan dan
pendididikan. Tetapi kodrat harus diberikan ruang yang kondusif agar suatu
bentuk kemampuan khusus yang dianugerahkan pada setiap orang bisa terwujud. Dalam
hal ini, pelatihan akan meningkatkan kualitas kodrat yang dimiliki seseorang.
Dalam
psikologi kodrat dapat dikatakan hampir sama dengan talenta. Bila seseorang
tidak diberikan kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan dirinya, maka
kodratnya kemungkinan besar tak akan terwujud. Padahal, kodrat yang ada pada
diri seseorang itulah yang bisa menjadi sarana untuk memperoleh keuntungan bagi
dirinya. Bila setiap orang bisa mewujudkan kodratnya, maka akan terwujud
hubungan yang saling memberikan dan sekaligus saling membutuhkan. Setiap orang
akan memiliki nilai tawar bagi orang lain.
Harmonisasi
dan ikatan antar warga negara akan menguat bila sebagian besar penduduknya bisa
mewujudkan ketiga unsur manusia hakiki tersebut. Keragaman masyarakat pun kecil
dan kesenjangan ekonomi dapat dinihilkan. Akhirnya jati diri manusia akan
muncul dengan sendirinya, dan kita akan menjadi bangsa yang kokoh dan tidak
mudah diprovokasi.
Ajaran pokok Syekh yang ketiga
adalah hubungan antara satu orang dengan orang lain merupakan hubungan kodrat dan iradat. Hubungan satu orang dengan orang
lain bagaikan hubungan kerja dalam satu tim, sehinga tidak terjadi hubungan
posisi yang memerintah dan yang diperintah. Tak ada hubungan kekuasaan. Antara
manusia yang satu dengan yang lain terikat oleh kodrat dan iradatnya, sehingga
seperti hubungan sel yang yang satu dengan sel lainnya dalam satu tubuh, dan
hubungan organ yang satu dengan organ lainnya dalam satu tubuh.
Kalau kita
amati cara kerja organ-organ dalam tubuh manusia, maka kita akan ketahui bahwa
masing-masing organ (seperti otak, penglihatan, penciuman, pendengaran,
paru-paru, jantung, hati, ginjal, usus, dan lain-lain) akan bekerja sama, dan
masing-masing menjalankan peranannya. Seharusnya kehidupan masyarakat manusia
juga demikian. Dengan mewujudkan masyarakat yang berupa kumpulan
manusia-manusia hakiki, masing-masing orang atau kelompok menjalankan fungsinya
dengan benar, maka akan terbentuk kehidupan yang sehat dan tidak terjadi
penghisapan antara orang yang satu terhadap orang lainnya. Inilah kehidupan
dunia yang didambakan oleh Syekh Siti Jenar, yang justru sekarang tumbuh dan
berkembang di negara maju.
Ajaran pokok yang keempat : segala
sesuatu di alam semesta ini adalah satu dan hidup. Dalam salah
satu pupuhnya disebutkan bahwa bumi, angkasa, samudra, gunung dan seisinya,
semua yang tumbuh di dunia, angin yang tersebar di mana-mana, matahari dan
rembulan, semuanya merupakan keadaan hidup. Jadi, semua yang ada merupakan
wujud kehidupan.
Menurut
Syekh Siti Jenar yang dinamakan makhluk hidup adalah kehidupan yang
terperangkap dalam alam kematian. Zat mati tak akan dapat menimbulkan
kehidupan, sedangkan zat hidup tak akan tersentuh kematian. Tuhan disebut zat
yang mahahidup karena Dia eksis karena Diri-Nya sendiri. Kekuatan hidup-Nya
mengalir dalam alam kematian sehingga muncul sebagai makhluk hidup. Sekarang
bandingkan dengan tulisan-tulisan dari Barat dewasa ini, akan kita temukan
pernyataan mereka bahwa semuanya satu, semuanya hidup. Dengan demikian,
pandangan Syekh Siti Jenar luar biasa. Banyak pandangannya yang justru
bersesuaian dengan pandangan kaum teosofi maupun para spiritualis dari Barat.
Bila kita
menyadari bahwa lingkungan kita adalah keadaan yang hidup, maka tentu kita akan
memperlakukan lingkungan kita dengan sebaik-baiknya karena kita dan lingkungan
kita sebenarnya satu dan sama-sama sebagai keadaan yang hidup. Bila kita
menyadari tentu kita akan berhati-hati dalam memperlakukan lingkungan kita.