Selasa, 30 April 2013

Cara Pengisian Akik atau Batu Permata



Saya yakin, mayoritas para pembaca disini tahu dengan sebuah benda bertuah yang disebut Batu Akik, lebih-lebih siswa Jendra Hayuningrat, tentu tidak asing lagi dengan pernak-pernik batu mulia atau beberapa contoh gambar batu yang terpampang di halaman blog ini. Salah satunya adalah batu mulia jenis Agate yang memungkinkan menampakan gambar dan motif tertentu, misalkan mirip ikan, burung, orang, pemandangan dan sebagainya.
 
Akik bisa terdapat dalam bermacam warna atau bisa juga hanya sewarna saja. Bisa dipakai untuk cincin, liontin( kalung), dan aksesori lain. Meskipun tingkat kekerasan batu akik tergolong menengah, namun harganya tak kalah dengan berlian jika motifnya langka dan bagus. Kata para ahli pengerajin batu alam, Akik Indonesia paling kaya warna dan motif bila dibanding akik dari negara lain. Kandungan batuan di wilayah Nusantara ini memang sangat luar biasa.

Sebagian besar orang mencari dan memakai batu akik karena keindahannya. Tapi sebagian orang juga mempercayai kekuatan supranatural yang terdapat dalam batu akik. Batu akik dianggap memiliki khasiat mampu meningkatkan wibawa pemakainya, memberi kekuatan, penepis bala atau bahkan melindungi dari guna-guna (magic).

Bagi para pecinta dunia gaib, untuk mendapatkan batu akik yang memiliki tuah dan khasiat, biasanya dengan cara melakukan ritual penarikan dari alam ghaib. Namun bisa juga dengan membeli dari paranormal yang menjualnya. Atau warisan dari orang tua dan Guru spiritual. Selain dengan cara itu, sebenarnya kita bisa mengisinya sendiri dengan energi ghaib. Simak caranya berikut ini.

Jika anda ingin mengisi energi ghoib kedalam batu akik agar bertuah, misalnya untuk tujuan kewibawaan, pengasihan, pagar diri gaib bagi pemakainya atau tujuan yang lainnya, anda bisa melakukannya dengan ilmu berikut ini. Tentu saja semua ini dengan mengharap ridho dan kekuatan kepada Allah swt. Begitu pula bagi para pelaku Jendra, bisa melakukannya dengan meditasi khusus dan persiapan khusus pula, maka apa yang diharapkannya dari segala laku spiritualnya itu akan memberikan hasil yang maksimal.
 
Cara pengisiannya sebagai berikut :
  1. Sediakan batu akik yang akan diisi energi ghoib.
  2. Persiapkan badan / fisik / tubuh anda secara prima, sebb melakukan pengisian ini memerlukan banyak energi.
  3. Pakaian meditasi dan tempat meditasi yang dipakai pengisian harus bersih.
  4. Duduk tenang (Hening / khusyuk) atau dalam sikap meditasi.
  5. Baca niat tujuan pengisian energi gaib ke dalam batu Akik ini.Bagi pelaku Kaweruh Jendra Hayuningrat, hendaknya meminta izin Guru Sejati terlebih dahulu, sebab melakukan pengisian batu Akik sama halnya memasukan energi kedalam keris, tombak, sastra mantra dll. Memngingat resiko penyalah-gunaan se-usai pengisian adalah tanggung-jawab si pelaku pengisian itu sendiri.

Contoh salah satu mantra pengisian batu akik dalam bahasa Arab, misalnya :
“Bismillahirrohmannirrohim. Yaa Allah saya berniat memohon Energi dan Kekuatan ghoib untuk keselamatan / kewibawaan. LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLA BIL LAAHIL ALIYYIL ‘ADHIIM”


6.  Pegang batu Akik tersebut lalu bacakan Asma’ ini sebanyak 440 x dan setiap sekali bacaan langsung ditiupkan pada batu akik tersebut.

“ALLOHUMA SHOLI ALA SAYIDINA MUHAMMADIN WA ALIHI WA ASHOBIHI WASALIM. BADANKU ROSO JATI SEJATINE ROSO MANJING ANA ING TENGAH-TENGAHE KA’BATULLAH.” (440x) (1x baca = tiup 1x )

7. Setelah selesai ucapkan syukur kepada Allah swt dengan membaca Alhamdulillah sebanyak 220x. 

Nah, sekarang Batu Akik siap dipakai dan ingat, Selalu bertawakal-lah kepada Allah AWT. Bagi pelaku Kaweruh Jendra Hayuningrat, mintalah bahasa Orhiba pada Sang Guru Sejati, lalu akhiri dengan mantra OM......1x
Demikianlah sekedar shareing pengetahuan tentang salah satu tatacara dibalik pengisian Batu Akik. Semoga bermanfaat bagi teman-teman Kaweruh Jendra Hayuningrat yang tinggal jauh dari padepokan.

***

Senin, 29 April 2013

Mantra kalacakra

Sejarah mencatat kehebatan ilmu Rajah Kalacakra. Suatu ketika, keris Sunan Kudus yang namanya keris Kalacakra dirajahkan ke kursi tempat pertemuan antara Sultan Hadiwijaya/Jaka Tingkir dan Pangeran Arya Penangsang/Aryo Jipang Panolan. Namun ternyata berakhir dengan senjata makan tuan karena Sultan Hadiwijaya sudah diperingatkan oleh Sunan Kalijaga untuk menukar tempat duduk dengan Arya Penangsang karena kursi yang sudah dipersiapkan oleh Sunan Kudus untuk beliau telah dirajah dengan rajah kalacakra yang dapat mengakibatkan semua kesaktiannya hilang bahkan lumpuh total.
 
Sultan Hadiwijaya meminta kepada Arya Penangsang untuk menukar tempat duduk. Karena tersinggung dengan permintaan tersebut, Pangeran Arya Penangsang pun menyanggupinya padahal dia paham bahwa Sunan Kudus sudah menorehkan Rajah Kalacakra yang bila diduduki akan fatal akibatnya. Akibatnya seketika itu juga semua ilmu kesaktian Arya Penangsang sirna.
Sultan Hadiwijaya kemudian menyuruh Ki Ageng Pamanahan beserta anak angkatnya Raden Ngabehi Lor Ing Pasar atau Raden Sutawijaya mengadakan perang tanding kembali. Arya Penangsang tewas mengenaskan dengan perut robek terburai sampai ke usus akibat ditusuk tombak Kyai Plered. Sedangkan keris sakti milik Pangeran Arya Penangsang sendiri yaitu Kyai Setan Kober yang legendaris tersebut seperti tawar ketika menghadapi tombak Kyai Plered.

Begitu kisah singkat kehebatan Rajah Kalacakra yang pernah dikuasai salah seorang Wali Sanga yaitu Sunan Kudus/Syech Jafar Shodiq. Rajah Kalacakra Sunan Kudus ini konon sampai sekarang masih dilestarikan salah satu keturunan beliau yang tinggal lokasi Masjid Agung Kudus yaitu dimiliki ulama yang masih dihormati disana.

Ilmu Rajah Kala Cakra merupakan ilmu yang banyak digunakan oleh para jawara masa lalu di antaranya menawarkan ajian, menyerang balik kekuatan gaib musuh dan memiliki kekuatan menyerang makhluk halus hingga terluka parah. Rajah Kalacakra juga ampuh untuk mengusir makhluk halus jahat dengan cara memasangnya di tempat-tempat yang dicurigai ada makhluk halusnya.

Untuk memulai ilmu ini baca:
SANG HYANG SUKMO SEJATI, RAJA KALACAKRA INGKANG KULO WAOS NYUWUN BAROKAH PADUKO INGKANG DADOS KEKUJENGAN.

Selanjutnya baca mantra:
“YAMAROJA JAROMAYA, YAMARANI NIRAMAYA, YASILAPA PALASIYA, YAMIDORO RODOMIYA, YAMIDOSA SADOMIYA, YADAYUDA DAYUDAYA, YASIYACA CAYASIYA, YASIHAMA MAHASIYA”

Cara untuk mendapatkan ajian ini adalah melaksanakan puasa 3 hari. Hari terakhir melakukan patigeni. Mantra dibaca 313 kali pada malam hari ketika sedang berpuasa. Sesudah puasa mantra dibaca 3 kali tiap hari. Untuk menggunakan ajian ini, mantra cukup dibaca sekali dan niatkan dalam hati apa yang dikehendaki.

BANYAK VERSI
Banyak versi dari mana rajah kalacakra ini berasal. Di dalam khasanah Hindu Budha juga sudah lama dikenal. Di dalam Buddhisme dikenal “Kalachakra Vajra” yang konon sudah ada sejak zaman Arya Sakyamuni Buddha saat membabarkan Dharma/Ajaran Kebenaran. Kalachakra Vajra merupakan satu dari lima Maha Vajrasatva atau pelindung Dharma Rahasia dan Para Penekunnya. Kalachakra secara filosofis bermakna roda raksasa simbol waktu.

Roda raksasa di dalam waktu bisa melahirkan dan menumbuhkan segalanya, seluruh insan, seluruh makhluk dunia, semuanya dihasilkan di dalam roda raksasa dari waktu, tumbuh, kuat, lemah, kemudian, mati, semuanya di dalam roda raksasa dari waktu. Kalachakra mengendalikan waktu tiada awal, semuanya berada di dalam lingkup kendali-Nya, termasuk waktu dan ruang. Semua pembentukan ruang, juga dikendalikan oleh Kalachakra, seperti matahari, bulan, 9 planet besar, seluruh bintang di alam semesta, tanah, air, api, angin, semuanya di dalam kendali Kalachakra.

Keberhasilan memahami “Kalachakra” bebarti mampu menguasai tanah, air, api, dan angin hingga mencapai tingkat “Buddha Kalachakra”. Di dalam proses bersadhana akan dihasilkan kedayagaiban yang berasal dari tanah, air, api, dan angin alam semesta. Dengan melatih “Kalachakra” berarti melatih tanah, air, api, dan angin, karena kita sudah menyatu dengan yoga tanah, air, api, dan angin alam semesta kekuatan sadhana kita sendiri. Sehingga kita bisa mengendalikan gempa bumi, mengendalikan gunung berapi, mengendalikan kadar hujan, mengendalikan angin topan dan petir.

VERSI MAS KUMITIR
Rajah Kalacakra ditempelkan pada pintu-pintu rumah. Pembuatan Rajah Kalacakra Balik adalah menulis huruf hanacaraka  secara terbalik urutannya, dimulai dengan nga ta ba ga ma sampai ka ra ca na ha dilakukan dengan cara sebagai berikut :

  1.   Ditulis melingkar diatas lempengan emas,
  2.   Sebelumnya melakukan puasa selama 40 hari, hanya berbuka sekali pada tengah malam saja,
  3.   Pati geni selama sehari semalam penuh,
  4.   Lempengan emas yang sudah menjadi rajah di tanam pada tembok atau ditanam pada tanah. Penanaman ini dilakukan dengan cara sunduk sate.
  5.   Penulisan huruf dengan aksara Jawa.
Rajah Kalacakra yang ditulis pada kain atau kertas yang berwarna putih kemudian ditempel pada tembok atau pintu depan rumah. Penggunaan warna tinta dengan menggunakan dua warna, misalnya hitam dan merah.
Dalam menulis rajah ini, dengan syarat-syarat sebagai berikut :
* Melakukan puasa selama 21 hari,
* Setiap jam 1 malam harus membakar dupa selama puasa.

Sabtu, 27 April 2013

Menelisik Rahasia Filsafat Kejawen Bag 12


Parameter Keihklasan
 Rahayu....!
          Berbuat baik dalam hal ini melakukan sinergisme dan harmonisasi dengan alam idealnya dilakukan secara tulus ikhlas tanpa pamrih. Kalimat tulus ikhlas tanpa pamrih sering menjadi rancu dan bias manakala kita ingin memahami apa yang seyogyanya menjadi motifasi dalam beramal atau berbuat baik. Kalimat tersebut memunculkan pertanyaan, jika keikhlasan diartikan sebagai sikap tanpa pamrih, apakah ideal jika manusia berharap (pamrih) pahala dan surga? Bagi saya pribadi, berharap-harap pahala bukanlah tabiat buruk atau salah. Hanya saja, jika dilakukan oleh orang-orang yang mengaku telah berada dalam tataran kesadaran hakekat rasanya menjadi kurang pantas dan pencapaian spiritualnya diragukan. Sebab sebagai manusia dengan kesadaran hakekat akan memiliki perasaan hilangnya perasaan memiliki ( duwea rasa ; ora duwe-rasa duwe ).

          Bukankah Tuhan tiap detik selalu memberikan pahala anugrah, rahmat dan kenikmatan yang jumlahnya puluhan bahkan ratusan kali lipat. Mulai dari bisa bernafas, melihat, merasa, tidak kelaparan, tidak kekurangan air, rasa senang, memiliki properti dst. Bahkan tanpa pandang bulu anugrah dan kenikmatan itu tetap dirasakan oleh seorang  koruptor, pencuri, penipu, pembohong, pembunuh. Bahkan dirasakan oleh seluruh umat manusia di bumi, dengan tidak memandang apa agamanya (primordial), apa suku bangsanya (rasis), dan apa kebudayaannya (etnosentris). Mari kita renungkan berkat yang kita terima dalam setiap helaan nafas kita, begitu besar dan sangat berlimpah-limpah setiap detiknya. Lalu apakah manusia mampu ber-ucap syukur satu kali dalam setiap detiknya? Tidak! Lantas tidak malukah kita? jika kita masih  berharap-arap pahala atau upah dari Tuhan atas segala sesuatu yang telah kita lakukan dalam namaNya? Jika demikian seharusnya kita lebih banyak bersyukur dari-pada memohon-mohon keinginan kita atau seharusnya  kita lebih sering menelungkupkan telapak tangan sebagai bentuk sujud syukur kita kepadaNya dari-pada menengadahkan tangan mengaharap Tuhan mengabulkan keinginan kita?

          Keikhlasan sempurna dapat saya analogikan seperti kita sedang buang air besar. Walau kita melakukan sesuatu yang baik, memberikan materi yang banyak, namun kita tidak berharap imbalan dari seseorang maupun imbalan dari Tuhan, bahkan sesegeranya kita guyur dengan air agar tidak tercium baunya serta tidak kelihatan bentuk dan rupanya. Di sinilah hakekat tapa mendem (bertapa mengubur diri). Yang dikubur / hapus adalah segala amal kebaikan yang pernah kita lakukan kepada sesama dari ingatan kita sendiri. Jika kita berbuat baik kepada orang lain, tulislah di atas tanah agar segera terhapus dari ingatan kita. Jika kita membantu sesama, atau menolong orang lain, maka bertransaksilah kepada Tuhan, bukan bertransaksi kepada orang tersebut. Transaksi kepada Tuhan dalam batas kesadaran kita untuk menghayati konsep ketuhanan atau netepi titahing Gusti. Bukan untuk mengkoleksi/mengumpulkan upah pahala dari Tuhan. Rahayu....!

Menelisik Rahasia Filsafat Kejawen Bag 11


4.   Rahayu....! Anda yakin Tuhan Maha Adil dan Bijaksana? Sebagaimana tampak dalam hukum alam yang penuh keadilan dan keseimbangan. Dalam ilmu biologi Anda dapat mencermati rantai makanan yang jelas-jelas mengikuti rumus keseimbangan alam. Binatang di awal mata rantai jumlahnya semakin sedikit dan proses populasinya berjalan lamban, sedangkan hewan yang berada ujung mata rantai berkembang biak secara cepat dalam jumlah besar. Itulah bahasa alam, bahasa tentang keadilan dan kebijaksanaan, yang menginformasikan kepada manusia bahwa Tuhan Maha Adil. Konsekuensinya, manusia harus selalu berbuat adil dan bijaksana dalam laku atau perbuatan hidup sehari-hari kepada sesama manusia, makhluk hidup, dan alam semesta. Sikap sebaliknya, manusia lebih sering melawan kodrat alam. Manusia menutup mata dan telinga lalu dengan seenaknya berbuat melawanan hukum alam yang tertata, tertib, rapi, adil dan bijaksana. Manusia melakukan penebangan hutan secara liar hingga mengakibatkan pemanasan global, banjit dan terjadi abrasi pantai. Manusia melakukan ekploitasi kehidupan laut secara membabi buta sehingga terjadi ketidakseimbangan mata rantai hingga berakibat kepunahan berbagai jenis binatang. Manusia juga merombak sungai menjadi perumahan mewah, jalur hijau dan resapan air ditanami bangunan rumah hingga mengakibatkan banjir, tanggul jebol, tanah longsor, semua memakan korban jiwa yang tidak sedikit. Apakah pola pikir anda masih menganggap bahwa semua itu sebagai cobaan bagi orang-orang yang beriman? Atau sebagai kehendak Ilahi? Tidak! Tuhan tidak sekejam itu, manusialah yang teramat lancang berani menganggap Tuhan sebagai obyek penderita. Lebih tepat dikatakan sebagai ngunduh wohing pakarti. Manusia mendapat bebendu atau hukuman atas penentangannya terhadap rumus-rumus alam, hukum alam, atau kodrat Tuhan.

5.             Kesadaran kita dalam memahami Tuhan Mahakuasa, adalah sikap penguasaan terhadap hawa nafsu negatif yang ada di dalam diri kita pribadi. Sikap mawas diri, mulat sarira, angon wayah, merupakan penjelmaan atas penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap kesadaran bahwa Tuhan Mahakuasa. Sikap antagonisnya terjadi bilamana manusia selalu bernafsu ingin menguasai dan menindas orang lain secara tidak absah. Menaklukkan, menghancurkan, menundukkan dan menghegemoni pihak lain. Sikap megalomania, narsistis, takabur, golek menange dewe, menganggap orang lain tidak benar dan pantas dilenyapkan, merupakan bentuk negasi dari sikap penguasaan terhadap diri pribadi. Bahkan sikap paling ekstrim dan sangat berbahaya adalah bilamana manusia yang maha lemah mengklaim diri sebagai pembela Tuhan Yang Mahakuasa. Mengaku dirinya adalah Utusan Tuhan yang berhak membunuh orang lain yang dianggap secara sepihak menurut persepsi pribadi sebagai musuh Tuhan. Apakah mereka tidak menyadari apabila Tuhan memiliki musuh (yang berasal dari makhluk ciptaanNya sendiri) sangat terdengar aneh bila mengutus manusia berada di jalan jihad dengan membunuh musuh-musuhNya. Apakah Tuhan Maha-lemah sehingga mengutus manusia membunuh manusia lainnya? Bukankah kekuasaan Tuhan mampu membunuh milyaran manusia hanya kurang dari satu detik saja? Marilah kita camkan bersama!Rahayu....!