Rangkuman diskusi
bersama antar pelaku Kaweruh Jendro dari pelbagai Paguyuban yang seAzas
Oleh. Budi Siswanto
Salam Rahayu! Pandangan
Kaweruh Jendra Hayuningrat tentang makna hidup manusia didunia ditampilkan
secara rinci, realistis, logis dan mengena di dalam hati nurani; bahwa hidup
ini diumpamakan hanya sekedar mampir ngombe (menumpang minum),
hidup hanya dalam waktu sekejab, dibanding kelak hidup di alam keabadian (jaman ke-langgeng-an) setelah raga ini mati. Tetapi tugas manusia sungguh
berat, karena jasad adalah pinjaman Tuhan. Tuhan meminjamkan raga kepada roh,
tetapi roh harus mempertanggungjawabkan barang pinjamannya itu. Pada awalnya Tuhan
Yang Maha Suci meminjamkan jasad kepada roh dalam keadaan suci, apabila waktu
kontrak peminjaman sudah habis, maka roh diminta tanggung-jawabnya, roh harus
mengembalikan jasad pinjamannya dalam keadaan yang suci seperti semula. Roh
dengan jasadnya diijinkan Tuhan turun ke bumi, tetapi dibebani tugas yakni
menjaga barang pinjaman tersebut agar dalam kondisi baik dan suci setelah
kembali kepada pemilik-Nya, yakni Gusti Ingkang Akaryo Jagad. Roh dan
jasad menyatu dalam wujud yang dinamakan manusia. Tempat untuk mengekspresikan
dan mengartikulasikan diri manusia adalah tempat pinjaman dari Tuhan pula yang
dinamakan bumi serta segala macam isinya; atau mercapada. Karena bumi bersifat pinjaman Tuhan, maka bumi juga
bersifat tidak kekal.
Betapa
Maha Pemurahnya Tuhan itu, bersedia meminjamkan jasad, berikut tempat tinggal
dan segala isinya menjadi fasilitas manusia boleh digunakan secara gratis.
Tuhan hanya menuntut tanggungjawab manusia saja, agar supaya menjaga semua
barang pinjaman Tuhan tersebut, serta manusia diperbolehkan memanfaatkan semua
fasilitas yang Tuhan sediakan dengan cara tidak merusak barang pinjaman dan
semua fasilitasnya.
Itulah
tanggung-jawab manusia yang sesungguhnya hidup di dunia ini; yakni menjaga
barang titipan atau pinjaman, serta boleh memanfaatkan semua fasilitas yang
disediakan Tuhan untuk manusia dengan tanpa merusak, dan tentu saja menjaganya
agar tetap utuh, tidak rusak, dan kembali seperti semula dalam keadaan suci.
Itulah perjanjian gaib antara Tuhan dengan manusia makhlukNya.
Untuk menjaga klausul perjanjian tetap dapat
terlaksana, maka Tuhan membuat rumus atau aturan-main yang harus dilaksanakan
oleh pihak peminjam yakni manusia. Rumus Tuhan ini yang disebut pula sebagai
kodrat Tuhan; berbentuk hukum sebab-akibat. Pengingkaran atas isi atau klausul
kontrak tersebut berupa akibat sebagai konsekuensi logisnya. Misalnya;
keburukan akan berbuah keburukan, kebaikan akan berbuah kebaikan pula. Barang
siapa menanam, maka mengetam. Perbuatan suka memberi kemudahkan akan berbuah
sering dimudahkan (anom). Suka mempersulit akan berbuah sering dipersulit, semuanya
ini lazim di sebut dalam pribahasa Jawa : ngunduh uwohe pakarti. Rahayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar