Oleh. Ki Budi Siswanto
Dalam acara Saresehan Kejawen di lereng G. Merapi
Thn anggaran 2002/2003
Rahayu...!
Dalam
literatur dan kaidah kebudayaan Jawa tidak ditemukan adanya pakem dalam kalimah
do’a serta tata cara baku menyembah Tuhan. Dalam budaya Jawa dipahami bahwa
Tuhan Maha Universal dan kekuasaanNya tiada terbatas. Begitu juga dalam kejawen, karena
Kejawen bukanlah agama, maka dalam falsafah kejawen yang ada hanyalah wujud laku
spiritual dalam tataran batiniahnya, dan laku ritual dalam tataran lahiriahnya.
Laku ritual merupakan simbolisasi dan kristalisasi dari laku spiritual.
Kita ambil
contoh misalnya mantra, sesaji, laku sesiri' / siri'an (menghindari sesuatu atau pantangan terhadap makanan tertentu) serta
laku semedi atau meditasi dan tapa brata. Banyak kalangan yang tidak memahami asal usul dan
makna dari semua itu, lantas begitu saja timbul suatu asumsi bahwa mantra sama
halnya dengan do’a. Sedangkan sesaji, laku sesirih dan laku semedi
dipersepsikan sama maknanya dengan ritual menyembah Tuhan. Asumsi dan persepsi
ini salah besar, dalam hal ini menimbulkan kesalah-fahaman, yaitu orang-orang yang tidak faham lalu bertanya pada seseorang tidak faham pula, maka menjawab sebisanya karena memang tidak faham lalu berusaha memberikan pemahaman yang salah.
Menurut
para pengamat, kaum akademisi dan budayawan, ada suatu unsur kesengajaan untuk
mempersepsikan dan mengasumsikan secara tidak tepat dan melenceng dari makna
yang sesungguhnya. Semoga hal ini bukan termasuk upaya politisasi sistem
kepercayaan, untuk mendestruksi budaya Jawa yang sudah mbalung sungsum di kalangan suku Jawa, dengan harapan supaya
terjadi loncatan paradigma kearifan lokal kepada paradigma asing yang secara
naratif menjamin surga. Awal dari penggeseran ini dilakukan oleh bangsa asing yang
akan menjalankan praktik imperialisme dan kolonialisme di bumi nusantara sejak
ratusan tahun silam.
Baiklah,
terlepas dari semua anggapan, asumsi maupun persepsi di atas ada baiknya
dikemukakan wacana yang mampu mengembalikan persepsi dan asumsi terhadap ajaran
kejawen sebagaimana makna yang sesungguhnya. Setidaknya, kejawen dapat menjadi
monumen sejarah yang akan dikenang dan dikenal oleh generasi penerus bangsa
ini. Agar menumbuhkan semangat berkarya dan nasionalisme di kalangan generasi
muda. Di samping itu ada kebanggaan tersendiri, sekalipun zaman sekarang
dianggap remeh namun setidaknya nenek moyang bangsa Indonesia pernah
membuktikan kemampuan menghasilkan karya-karya agungnya yang tak terrnilai tingginya di muka Bumi Nusantara ini. Rahayu..!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar