Sejarah
mencatat kehebatan ilmu Rajah Kalacakra. Suatu ketika, keris Sunan Kudus yang
namanya keris Kalacakra dirajahkan ke kursi tempat pertemuan antara Sultan
Hadiwijaya/Jaka Tingkir dan Pangeran Arya Penangsang/Aryo Jipang Panolan. Namun
ternyata berakhir dengan senjata makan tuan karena Sultan Hadiwijaya sudah
diperingatkan oleh Sunan Kalijaga untuk menukar tempat duduk dengan Arya
Penangsang karena kursi yang sudah dipersiapkan oleh Sunan Kudus untuk beliau
telah dirajah dengan rajah kalacakra yang dapat mengakibatkan semua kesaktiannya
hilang bahkan lumpuh total.
Sultan
Hadiwijaya meminta kepada Arya Penangsang untuk menukar tempat duduk. Karena
tersinggung dengan permintaan tersebut, Pangeran Arya Penangsang pun
menyanggupinya padahal dia paham bahwa Sunan Kudus sudah menorehkan Rajah
Kalacakra yang bila diduduki akan fatal akibatnya. Akibatnya seketika itu juga
semua ilmu kesaktian Arya Penangsang sirna.
Sultan
Hadiwijaya kemudian menyuruh Ki Ageng Pamanahan beserta anak angkatnya Raden
Ngabehi Lor Ing Pasar atau Raden Sutawijaya mengadakan perang tanding kembali.
Arya Penangsang tewas mengenaskan dengan perut robek terburai sampai ke usus
akibat ditusuk tombak Kyai Plered. Sedangkan keris sakti milik Pangeran Arya
Penangsang sendiri yaitu Kyai Setan Kober yang legendaris tersebut seperti
tawar ketika menghadapi tombak Kyai Plered.
Begitu
kisah singkat kehebatan Rajah Kalacakra yang pernah dikuasai salah seorang Wali
Sanga yaitu Sunan Kudus/Syech Jafar Shodiq. Rajah Kalacakra Sunan Kudus ini
konon sampai sekarang masih dilestarikan salah satu keturunan beliau yang
tinggal lokasi Masjid Agung Kudus yaitu dimiliki ulama yang masih dihormati
disana.
Ilmu
Rajah Kala Cakra merupakan ilmu yang banyak digunakan oleh para jawara masa
lalu di antaranya menawarkan ajian, menyerang balik kekuatan gaib musuh dan
memiliki kekuatan menyerang makhluk halus hingga terluka parah. Rajah Kalacakra
juga ampuh untuk mengusir makhluk halus jahat dengan cara memasangnya di
tempat-tempat yang dicurigai ada makhluk halusnya.
Untuk memulai ilmu ini baca:
SANG
HYANG SUKMO SEJATI, RAJA KALACAKRA INGKANG KULO WAOS NYUWUN BAROKAH PADUKO
INGKANG DADOS KEKUJENGAN.
Selanjutnya baca mantra:
“YAMAROJA
JAROMAYA, YAMARANI NIRAMAYA, YASILAPA PALASIYA, YAMIDORO RODOMIYA, YAMIDOSA
SADOMIYA, YADAYUDA DAYUDAYA, YASIYACA CAYASIYA, YASIHAMA MAHASIYA”
Cara
untuk mendapatkan ajian ini adalah melaksanakan puasa 3 hari. Hari terakhir
melakukan patigeni. Mantra dibaca 313 kali pada malam hari ketika sedang
berpuasa. Sesudah puasa mantra dibaca 3 kali tiap hari. Untuk menggunakan ajian
ini, mantra cukup dibaca sekali dan niatkan dalam hati apa yang dikehendaki.
BANYAK VERSI
BANYAK VERSI
Banyak
versi dari mana rajah kalacakra ini berasal. Di dalam khasanah Hindu Budha juga
sudah lama dikenal. Di dalam Buddhisme dikenal “Kalachakra Vajra” yang konon
sudah ada sejak zaman Arya Sakyamuni Buddha saat membabarkan Dharma/Ajaran
Kebenaran. Kalachakra Vajra merupakan satu dari lima Maha Vajrasatva atau
pelindung Dharma Rahasia dan Para Penekunnya. Kalachakra secara filosofis bermakna
roda raksasa simbol waktu.
Roda
raksasa di dalam waktu bisa melahirkan dan menumbuhkan segalanya, seluruh
insan, seluruh makhluk dunia, semuanya dihasilkan di dalam roda raksasa dari
waktu, tumbuh, kuat, lemah, kemudian, mati, semuanya di dalam roda raksasa dari
waktu. Kalachakra mengendalikan waktu tiada awal, semuanya berada di dalam
lingkup kendali-Nya, termasuk waktu dan ruang. Semua pembentukan ruang, juga
dikendalikan oleh Kalachakra, seperti matahari, bulan, 9 planet besar, seluruh
bintang di alam semesta, tanah, air, api, angin, semuanya di dalam kendali
Kalachakra.
Keberhasilan
memahami “Kalachakra” bebarti mampu menguasai tanah, air, api, dan angin hingga
mencapai tingkat “Buddha Kalachakra”. Di dalam proses bersadhana akan
dihasilkan kedayagaiban yang berasal dari tanah, air, api, dan angin alam
semesta. Dengan melatih “Kalachakra” berarti melatih tanah, air, api, dan
angin, karena kita sudah menyatu dengan yoga tanah, air, api, dan angin alam
semesta kekuatan sadhana kita sendiri. Sehingga kita bisa mengendalikan gempa
bumi, mengendalikan gunung berapi, mengendalikan kadar hujan, mengendalikan
angin topan dan petir.
VERSI MAS KUMITIR
Rajah
Kalacakra ditempelkan pada pintu-pintu rumah. Pembuatan Rajah Kalacakra Balik adalah
menulis huruf hanacaraka secara terbalik
urutannya, dimulai dengan nga ta ba ga ma sampai ka ra ca na ha dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
- Ditulis melingkar diatas lempengan emas,
- Sebelumnya melakukan puasa selama 40 hari, hanya berbuka sekali pada tengah malam saja,
- Pati geni selama sehari semalam penuh,
- Lempengan emas yang sudah menjadi rajah di tanam pada tembok atau ditanam pada tanah. Penanaman ini dilakukan dengan cara sunduk sate.
- Penulisan huruf dengan aksara Jawa.
Rajah Kalacakra yang ditulis
pada kain atau kertas yang
berwarna putih kemudian ditempel pada tembok atau pintu depan rumah. Penggunaan
warna tinta dengan menggunakan dua warna, misalnya hitam dan merah.
Dalam
menulis rajah ini, dengan syarat-syarat sebagai berikut :
*
Melakukan puasa selama 21 hari,
*
Setiap jam 1 malam harus membakar dupa selama puasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar