Sabtu, 06 April 2013

Menyingkap rahasia pesugihan Gunung Kawi bag 2


             
Siapakah sesungguhnya Eyang Jugo dan Eyang Sujo? Mungkin tidak sedikit orang yang bertanya siapakah gerangan kedua orang yang dimakamkan di Gunung Kawi itu ? Pesarean Gunung Kawi berisi dua jenazah yang dimakamkan berjajar dalam satu liang lahat. Yang pertama adalah Kanjeng Kyai Zakaria II, yang lebih dikenal dengan nama Mbah Djoego, seorang ulama terkenal dari keraton Mataram Surakarta. Kemudian yang kedua adalah Raden Mas Iman Soedjono, seorang bangsawan yang menjadi Senopati / Panglima perang dari Keraton Yogyakarta. Riwayat hidup Kyai Zakaria II dapat ditelusuri berdasarkan Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh Pangageng Kantor Tepas Darah dalem Kraton Yogyakarta Hadiningrat nomor : 55/TD/1964 yang ditandatangani oleh Kanjeng Tumenggung Danoehadiningrat pada tanggal 23 Juni 1964. Dalam surat itu diterangkan silsilah Kyai Zakria II atau Mbah Djoego adalah sebagai berikut : Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana I ( Pangeran Puger ) – memerintah Kraton Mataram tahun 1705 sampai 1719 – berputra Bandoro Pangeran Haryo(BPH) Diponegoro. Pangeran ini mempunyai putera Kanjeng Kyai Zakaria I.

 Beliau adalah seorang Ulama besar dilingkungan keraton Kartasura pada saat itu. Kemudian bangsawan Ulama tenar tersebut berputera RADEN MAS SOERYOKOESOEMO atau RADEN MAS SOERYODIATMODJO atau mudanya sudah menunjukkan minat yang besar untuk mempelajari hal – hal dibidang keagamaan (Islam). Setelah dewasa, karena kemampuannya yang mumpuni dan ketekunannya dalam mempelajari hal – hal keagamaan, atas perkenan Kanjeng Susuhunan Paku Buwana V, Raden Mas Soeryo Koesoemo mengubah namanya sesuai “peparing Dalem Asmo” (Pemberian Nama oleh Sunan), nunggak semi dengan ayahandanya, menjadi Kanjeng Kyai Zakaria II Jadi, Raden Mas Soeryo Koesoemo atau Raden Mas Soeryodiatmodjo itulah Kanjeng Kyai Zakaria II. Belakangan dalam pengembaraannya ke daerah Jawa Timur, sesudah Pangeran Diponegoro atau Pangeran Ontowiryo sebagai pemimpin tertinggi dalam perjuangan melawan penjajah ditangkap oleh Belanda di Magelang, Kyai Zakaria II berganti nama. Beliau tidak lagi menggunakan nama bangsawan atau ulama keraton yang sudah terkenal itu, melainkan nama seperti rakyat biasa. Mungkin dengan tujuan agar identitasnya tidk diketahui oleh orang lain, terutama pihak Belanda. Nama yang beliau pergunakan adalah Mbah SADJOEGO atau singkatnya Mbah DJOEGO. Sesudah meninggal beliau dimakamkan di Gunung Kawi. Sesuai dengan wasiat beliau tatkala masih hidup. Sedangkan silsilah Raden Mas Iman Soedjono, agaknya tercatat lebih lengkap.

Halaman Masjid Agung
            Bukti autentiknya terdokumentasikan dalam Surat Kekancingan ( Surat Bukti Silsilah ) dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dimiliki oleh Raden Asim Nitirejo, cucu Raden Mas Iman Soedjono. Surat tersebut tertulis dalam huruf Jawa bernomor 4753, dikeluarkan tanggal 23 Juni 1964. Dalam surat tersebut diterangkan silsilah kelahiran Raden Mas Iman Soedjono sebagai berikut : Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono I – memerintah Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat sejak tahun 1755 sampai dengan tahun 1792 – pada waktu kecilnya bernama Bendoro Raden Mas Soedjono ( lihat buku Pustaka Raja Putra Kraton Ngayogyakarta ). Dengan istri beliau yang bernama Bendoro Raden Ayu Dayo Asmoro, berputera Bendoro Pangeran Aryo (BPA) Balitar. Pangeran Balitar kemudian berputera Kanjeng Raden Ayu Tumenggung (KRAT) Notodipo (lihat buku silsilah Paguyuban Trah Balitaran, terbitan tahun 1933 dengan huruf Jawa). Kemudian Raden Mas Iman Soedjono menikah dengan salah seorang anggota lasykar “LANGEN KOESOEMO”, Prajurit wanita dari lasyakar Pangeran Diponegoro. Lasykar ini dipimpin oleh senopati – senopati wanita yang terkenal, yakni Raden Ayu Ratnaningsih ( istri Pangeran Diponegoro ). Prajurit wanita yang diperistri oleh Raden Mas Iman Soedjono bernama Raden Ayu Saminah. Sehari – hari dalam kelasykaran Langen Koesoemo maupun dalam kelasykaran Diponegoro, Raden Ayu Saminah biasa dipanggil Nyi Djuwul. Pasangan Raden Mas Iman Soedjono dan Raden Ayu Saminah dikarunia seorang putri yang cantik, luwes dan berperangai lembut. Walaupun dilahirkan dilingkungan pedesaan, putri yang satu ini tidak tampak seperti anak desa pada umunya : Pamor Kebangsawanannya kentara sekali. Oleh sebab itu putri ini dinamakan Raden Ayu Demes. Setelah dewasa Raden Ayu Demes oleh ibundanya dinikahkan dengan kemenakan Ki Kasijo, pengikut terdekat dan terpercaya Raden mas Iman Soedjono.

Tidak ada komentar: