Yang perlu atau harus di Ruwat
Menurut kepustakaan "Pakem Ruwatan Murwa Kala"
Javanologi gabungan dari beberapa sumber, antara lain dari Serat Centhini (Sri
Paku Buwana V), bahwa orang yang harus diruwat disebut anak atau orang Sukerta ada 60 macam penyebab
malapetaka, yaitu sebagai berikut :
1. Ontang-Anting, yaitu anak tunggal laki-laki atau perempuan.
2. Uger-Uger Lawang, yaitu dua orang anak yang kedua-duanya laki-laki
dengan catatan tidak anak yang meninggal
3. Sendhang Kapit Pancuran, yaitu 3 orang anak, yang sulung dan yang
bungsu laki-laki sedang anak yang ke 2 perempuan
4. Pancuran Kapit Sendhang, yaitu 3 orang anak, yang sulung dan yang
bungsu perempuan sedang anak yang ke 2 laki-laki
5. Anak Bungkus, yaitu anak yang ketika lahirnya masih terbungkus oleh
selaput pembungkus bayi (placenta).
6. Anak Kembar, yaitu dua orang kembar putra atau kembar putri atau
kembar dampit yaitu seorang laki-laki dan seorang perempuan (yang lahir pada
saat bersamaan)
7. Kembang Sepasang, yaitu sepasang bunga yaitu dua orang anak yang
kedua-duanya perempuan
8. Kedhana-Kedhini, yaitu dua orang anak sekandung terdiri dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan
9. Saramba, yaitu 4 orang anak yang semuanya laki-laki
9. Saramba, yaitu 4 orang anak yang semuanya laki-laki
10. Srimpi,
yaitu 4 orang anak yang semuanya perempuan
11. Mancalaputra
atau Pandawa, yaitu 5 orang anakyang
semuanya laki-laki
12. Mancalaputri,
yaitu 5 orang anak yang semuanya perempuan
13. Pipilan,
yaitu 5 orang anak yang terdiri dari 4 orang anak perempuan dan 1 orang anak
laki-laki
14. Padangan,
yaitu 5 orang anak yang terdiri dari 4 orang laki-laki dan 1 orang anak
perempuan
15. Julung
Pujud, yaitu anak yang lahir saat matahari terbenam
16. Julung
Wangi, yaitu anak yang lahir bersamaan dengan terbitnya matahari
17. Julung
Sungsang, yaitu anak yang lahir tepat jam 12 siang
18. Tiba
Ungker, yaitu anak yang lahir, kemudian meninggal
19. Jempina,
yaitu anak yang baru berumur 7 bulan dalam kandungan sudah lahir
20. Tiba
Sampir, yaitu anak yang lahir berkalung usus
21. Margana,
yaitu anak yang lahir dalam perjalanan
22. Wahana,
yaitu anak yang lahir dihalaman atau pekarangan rumah
23. Siwah
atau Salewah, yaitu anak yang
dilahirkan dengan memiliki kulit dua macem warna, misalnya hitam dan putih
24. Bule,
yaitu anak yang dilahirkan berkulit dan berambut putih bule.
25. Kresna,
yaitu anak yang dilahirkan memiliki kulit hitam
26. Walika,
yaitu anak yang dilahirkan berwujud bajang atau kerdil
27. Wungkuk,
yaitu anak yang dilahirkan dengan punggung bengkok
28. Dengkak,
yaitu anak yang dilahirkan dengan punggung menonjol, seperti punggung onta
29. Wujil,
yaitu anak yang lahir dengan badan cebol atau pendek
30. Lawang
Menga, yaitu anak yang dilahirkan bersamaan keluarnya Candikala, yaitu ketika warna langit merah kekuning-kuningan
31. Made,
yaitu anak yang lahir tanpa alas (tikar)
32. Orang yang ketika menanak nasi,
merobohkan Dandhang (tempat menanak
nasi)
33. Memecahkan Pipisan dan mematahkan Gandik
(alat landasan dan batu penggiling untuk menghaluskan ramu-ramuan obat
tradisional).
34. Orang yang bertempat tinggal di dalam
rumah yang tak ada tutup keyong-nya.
35. Orang tidur di atas kasur tanpa sprei
(penutup kasur).
36. Orang yang membuat pepajangan atau
dekorasi tanpa samir atau daun pisang.
37. Orang yang memiliki lumbung atau gudang
tempat penyimpanan padi dan kopra tanpa diberi alas dan atap.
38. Orang yang menempatkan barang di suatu
tempat (dandhang, misalnya) tanpa ada tutupnya.
39. Orang yang membuat kutu masih hidup.
40. Orang yang berdiri ditengah-tengah
pintu.
41. Orang yang duduk didepan (ambang)
pintu.
42. Orang yang selalu bertopang dagu.
43. Orang yang gemar membakar kulit bawang.
44. Orang yang mengadu suatu wadah atau
tempat (misalnya dandhang diadu dengan dandhang)
45. Orang yang senang membakar rambut.
46. Orang yang senang membakar tikar dengan
bambu (galar).
47. Orang yang senang membakar kayu pohon
kelor.
48. Orang yang senang membakar tulang.
49. Orang yang senang menyapu sampah tanpa
dibuang atau dibakar sekaligus.
50. Orang yang suka membuang garam.
51. Orang yang senang membuang sampah lewat
jendela.
52. Orang yang senang membuang sampah atau
kotoran dibawah (di kolong) tempat tidur.
53. Orang yang tidur pada waktu matahari
terbit.
54. Orang yang tidur pada waktu matahari
terbenam (wayah surup).
55. Orang yang memanjat pohon disiang hari
bolong atau jam 12 siang (wayah bedhug)
56. Orang yang tidur di waktu siang hari
bolong jam 12 siang.
57. Orang yang menanak nasi, kemudian
ditinggal pergi ketetangga
58. Orang yang suka mengaku hak orang lain.
59. Orang yang suka meninggalkan beras di
dalam lesung (tempat penumbuk nasi)
60. Orang yang lengah, sehingga merobohkan
jemuran wijen (biji-bijian)
Menurut Pustaka Raja Purwa (jilid I
halaman 194) karya pujangga R.Ng Ranggawarsito disebutkan ada 136 macam
Sukerta. Menurut mereka yang percaya, orang-orang yang tergolong di dalam
kriteria tersebut di atas dapat menghindarkan diri dari malapetaka (menjadi
makanan Betara Kala) tersebut, jika ia mempergelarkan wayangan atau ruwatan
dengan cerita Murwakala. Ada juga lakon ruwatan yang lain misalanya: Baratayuda, Sudamala, Kunjarakarna dan
lain-lain.
Selain Sukerta, terdapat juga Ruwat Sengkala atau Sang Kala, yang artinya menjadi mangsa Sangkala yaitu jalan
kehidupannya sudah terbelenggu serta penuh kesulitan, tidak bisa sejalan dengan
alur hukum alam (ruang dan waktu) ini disebabkan oleh kesalahan-kesalahan
perbuatan atau tingkah lakunya pada masa lalu.
Karena hal tersebut diatas, dipandang perlu bagi setiap pelaku kaweruh Jendra Hayuningrat, untuk senantiasa mengikuti perayaan Ruwahan, tepatnya setiap tanggal 14 malam bulan Ruwah almenak Jawa. yaitu sebuah acara yang dibangun bersama-sama oleh seluruh pelaku Kaweruh Jendra, dengan memohon restu guru lantaran atau pinisepuh paguyuban pamencar kaweruh kasepuhan masing-masing.
Sang pinisepu akan bertindak sebagai dalang "Kandabuwana" yang akan bermeditasi sekaligus menghadirkan Bethara Guru ( Guru Sejati ) yang selanjutnya karena kekuasaan Beliu maka sang Kala akan tunduk pada kewibawaannya. dengan demikian maka akan terbebaslah dari amuk sang "Kala" setiap siswa Jendra yang mengikuti ruwatan masal ini. Rahayu.......!
Karena hal tersebut diatas, dipandang perlu bagi setiap pelaku kaweruh Jendra Hayuningrat, untuk senantiasa mengikuti perayaan Ruwahan, tepatnya setiap tanggal 14 malam bulan Ruwah almenak Jawa. yaitu sebuah acara yang dibangun bersama-sama oleh seluruh pelaku Kaweruh Jendra, dengan memohon restu guru lantaran atau pinisepuh paguyuban pamencar kaweruh kasepuhan masing-masing.
Sang pinisepu akan bertindak sebagai dalang "Kandabuwana" yang akan bermeditasi sekaligus menghadirkan Bethara Guru ( Guru Sejati ) yang selanjutnya karena kekuasaan Beliu maka sang Kala akan tunduk pada kewibawaannya. dengan demikian maka akan terbebaslah dari amuk sang "Kala" setiap siswa Jendra yang mengikuti ruwatan masal ini. Rahayu.......!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar