Nama God (Tuhan) seringkali
diasosiasikan dengan nama goat (kambing) yang sekaligus dijadikan sebagai
lambang penyembahan atau berhala. Atau merepresentasikan scape goatism (teori
mencari kambing hitam), sesuai dengan teori konspirasi dalam gerakan rahasia
mereka.
Anton Szandor La Vey, pendiri
Satanic Worship (1966) dan pengarang The Satanic Bible menyebutkan:
"Simbol Baphomet dipakai oleh
The Knight Templar untuk mewakili ajaran setan. Melalui periode waktu yang
berabad-abad lamanya, simbol-simbol tersebut ditafsirkan dengan berbagai nama,
misalnya: dewa Kambing Mendes, Kambing Hitam, Kambing Judas, dan
sebagainya."
(The symbol of Baphomet was used by The Knight Templar to represent satan.
Through the ages this symbol has been called by different names. Among these
are: the Goat of Mendes, The Black Goat, The Judas Goat, and perhaps most
appropiately The Scapegoat --La Vey, The Satanic Bible, hlm. 45).
Dari penelitian yang saksama, dapat
disimpulkan bahwa agama freemason merupakan bentuk dari sinkretisme, paganisme
yang disesuaikan, juga ajaran yang bertumpu pada kebebasan berpikir
Universalisme, unitarianisme, sekularisme yang menjadikan manusia benar-benar
manusia apabila terbebas dari dogma agama dan tirani kekuasaan.
Lambang-lambang keagamaan mereka
diselubungkan dengan memakai tanda salib terbalik sebagai bentuk perlawanan
terhadap kaum Kristen yang mempercayai Yesus sebagai Kristus. Karena bagi
mereka, Yesus adalah nabi palsu dan sekaligus memanipulasi keluhuran nama
Kristus yang sebenarnya. Mereka mengakui dirinya sebagai anti-Kristus.
Dalam abad modern ini, mereka
mendakwahkan keyakinannya secara lebih rasional dan memanfaatkan berbagai
sarana komunikasi, dengan sasaran utamanya para pemuda dan tokoh masyarakat
sebagai juru bicaranya. Tujuan yang mulai dikampanyekan antara lain:
universalisme, humanisme, dan unitarianisme.
Secara garis besar, patut diketahui
ajarannya tersebut menyelusup ke berbagai pranata kehidupan dengan menanamkan
paham yang secara politis dan sosial ingin mengubah pola pikir manusia menjadi
makhluk yang bebas dari segala dogma dan tirani.
Pemikiran ini dikembangkan lebih
modern oleh organisasi freemason adalah gerakan kemanusiaan baru, membebaskan
dari keimanan buta yang dianggapnya sebagai perbudakan dan penjara kebebasan
berpikir, khususnya perlawanannya terhadap dominasi gereja Katolik dan tirani
lainnya yang tidak demokratis.
Nama freemason sebagai organisasi
modern, diduga secara resmi mulai dipakai pada tahun 1673 dengan jumlah anggota
rahasianya 27 orang.
Sejak itu, mereka mengkaitkan nama
lodge --yang dapat diartikan sebagai tempat pertemuan para anggota atau
penginapan untuk pembicaraan yang sangat rahasia. Dokumen rahasia yang
ditemukan dan dapat dipercaya tentang eksistensi gerakan rahasia freemason
adalah "The Grand Lodge of the Modern", baru diperoleh secara pasti
pada tanggal 24 Juni 1717 di Inggris.
Sejak itu, gerakannya semakin pesat
setelah Duke of Sussex menjadi anggota pada tingkatan "grand master"
dan melepaskan segala atribut keterkaitannya dengan gereja Kristen, sekaligus
memberikan aspirasi tentang paham freemason yang bersifat universalis.
Sebagaimana tingkatan Iluminasi, keanggotaan freemason dibagi dalam tiga tingkatan, Apprentice, Fellowcraft, dan Master Mason --atau disebut juga "grand master atau grand lodge".
Setiap tingkatan harus mengikuti
berbagai program, yaitu: indoktrinasi, sumpah keanggotaan, dan ritus tertentu
yang biasanya memakan waktu dua tahun. Keanggotaannya sangat selektif dan hanya
orang-orang yang dianggap sebagai the good men (orang hebat) yang paling pantas
untuk menjadi anggota rahasia mereka. Pada saat ini, perkembangan freemason
sudah merambah ke seluruh pelosok dunia. Pusat kegiatannya, di samping beberapa
kota besar di Amerika, misalnya New York, juga di Eropa yang berpusat di
Jenewa, Paris, dan London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar