Wahyu Purba
Rahayu.....!
Anugrah dalam terminologi
Kejawen dikenal istilah Wahyu Purba. Kata Purba, menurut kamus Purwadarminta
mempunyai arti memelihara. Wahyu Purba mempunyai pengertian, Dewa Wisnu atau
sama hakekatnya dengan kebenaran Illahiah, adalah bersifat memelihara. Ini
suatu pelajaran hidup yang mengandung rumus Tuhan, bahwa di dalam kehidupan
alam semesta dengan segala isinya termasuk juga manusia, semua dipelihara oleh
kebenaran sejati, yakni kebenaran Illahi. Di mana kehidupan alam semesta dan
manusia akan mengalami keselarasan, keselamatan, ketenteraman, kebahagiaan dan
kesejahteraan apabila nilai kebenaran bisa dihayati dan ditegakkan dengan baik
dan benar.
Walaupun manusia percaya bahwa hidup
ini dipelihara oleh kebenaran Illahi atau kebenaran Tuhan, masih juga terdapat
ketidakbenaran dan kejahatan yang dapat menimbulkan kekacauan dan mengganggu
keselarasan, kebahagiaan, ketentraman dan kesejahteraan. Semua itu terjadi
sebagai akibat ke-nekad-an manusia
melakukan pelanggaran hukum kebenaran. Untuk memelihara ketenteraman dan
kesejahteraan dunia maka dewa Wisnu turun ke dunia menitis pada Prabu
Arjunawijaya (Arjunasasrabahu) raja Negara Maespati, dan kepada Ramawijaya,
raja Negara Ayodya.
Wahyu Dyatmika (Jatmiko) / Dawuh
Barang siapa yang berhasil membangun
harmonisasi dan sinergi atau keselarasan energi antara jagad kecil (microkosmos) yang ada di
dalam diri pribadi (inner world)
dengan jagad raya ( Macrokosmos) akan disebut sebagai orang yang sudah memperoleh wahyu dyatmika ( Dawuh ).
Dyatmika berarti batin, atau hati, wahyu dyatmika artinya wahyu Tuhan yang
diterima seseorang untuk memiliki daya linuwih meliputi daya cipta, daya rasa,
dan daya karsa yang disebut sebagai prana. Prana dalam terminologi Jawa berbeda
dengan perguruan tenaga "Dalam Prana" sebagaimana dikenal masyarakat sebagai seni bela
diri dan olah tenaga dalam.
Hubungan Mantra dengan Prinsip Keselarasan
Mantra adalah Teknologi ketuhanan di masa lampau (Kuno). Perlu kami tegaskan lagi bahwa mantra bukanlah do’a, akan
tetapi merupakan sejenis senjata atau alat berwujud kata-kata atau kalimat
sebagai teknologi spiritual tingkat tinggi hasil karya leluhur nusantara di
masa silam. Mantra dibuat melalui tahapan spiritual yang tidak mudah, bentuknya
laku prihatin, perilaku utama dan maneges kepada Tuhan, yang ditempuh dengan
cara tidak ringan. Hasilnya beragam, secara garis besar ada dua jenis mantra
(baca; senjata) yakni:
1. Mantra khusus menurut fungsinya,
hanya dapat digunakan untuk keperluan tertentu misalnya menaklukkan musuh di
medan perang. Atau diperuntukkan sebagai alat medis sebagai mantra untuk
penyembuhan.
2. Mantra khusus menurut sifatnya,
dibagi dua:
Pertama, mantra yang hanya dapat bekerja jika digunakan untuk
hal-hal sifatnya baik saja. Mantra jenis ini tidak dapat disalah-gunakan untuk
hal-hal buruk oleh si pemakai. Mantra jenis ini paling sering digunakan di
lingkungan kraton sebagai salah satu tradisi turun temurun.
Kedua, mantra yang
bersifat umum, bebas digunakan untuk acara dan keperluan apa saja tergantung
kemauan si pemakai. Ibarat pisau dapat digunakan sebagai alat bedah operasi,
alat memasak, atau disalah-gunakan untuk mencelakai orang. Namun mantra jenis
ini setiap penyalahgunaannya pasti memiliki konsekuensi yang berat berupa karma
atau hukuman Tuhan ( bendu ) yang dirasakan langsung maupun kelak setelah ajal. Rahayu.......!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar