Sabtu, 27 April 2013

Menelisik Rahasia Filsafat Kejawen Bag 7


Pergaulan Manusia Dengan Alam

Rahayu....!
         Desa mawa cara, negara mawa tata. Setiap desa memiliki tata cara, tradisi dan kebudayaan yang berbeda-beda. Setiap negara memiliki aturan dan undang-undang yang berbeda-beda pula. Setiap tata cara, tradisi, budaya, undang-undang tentu akan dipengaruhi oleh pola interaksi antara masyarakat dengan alam sekitarnya. Misalnya masyarakat Arab sejak pra Islam terutama wanita sudah mengenakan burqa atau kain penutup wajah dan kepala lazim di sebut cadar. Bentuk mode pakaiannya pun seperti jubah panjang menutup seluruh tubuh. Hal itu disebabkan oleh kondisi alam yang teramat panas di siang hari, dingin di waktu malam hari, dan sering terjadi badai gurun. Pakaian model demikian tentunya akan melindungi tubuh dari keganasan alam sekitarnya. Demikian pula masyarakat Afghan, India, Pakistan, walaupun memiliki latar belakang agama yang berbeda-beda namun mereka masih satu rumpun yang memiliki akar kebudayaan yang sama. Lihat saja model pakaiannya hampir memiliki kesamaan.

           Pada intinya bahwa tradisi dan budaya merupakan proses interaksi manusia dengan alam. Sehingga terjadi penyeimbangan atau harmonisasi antara manusia dengan alam sekitarnya. Bahkan karakter alam akan sangat berpengaruh terhadap karakter masyarakatnya. Misalnya masyarakat Sunda yang ramah, andap asor, terbuka, lunak, namun juga cenderung kurang gigih, semua itu dipengaruhi oleh keadaan alam yang subur, cukup air, mudah bercocok tanam, mudah mencari mata pencaharian. Gunung-gunung dan pemandangan alamnya yang menakjubkan mempengaruhi nilai seni dan budayanya pula. Coba perhatikan tiupan seruling Sunda dengan nada-nadanya yang indah meliuk-liuk, merdu dan syahdu menyayat hati. Seolah mengikuti lekuk-liuk kontur pegunungan nan indah dan syahdu. Perhatikan pula logat bahasanya yang mesra mendayu, seolah mengikuti irama alam sekitarnya. Lain halnya dengan masyarakat Madura di wilayah bangkalan. Kondisi alam yang kering dan tanah yang sulit untuk bercocok tanam, menyebabkan gaya hidup yang serba terbatas. Cara bermukim berkelompok. Dan memiliki karakter yang keras. Seolah mengikuti keadaan alam yang ganas dan mengharuskan pola hidup yang keras. Jika mental atau karakternya tidak keras maka akan sulit bertahan hidup di tanah Bangkalan. Mata pencaharian yang sulit akan membangun sikap hemat namun cenderung melakukan invasi ke wilayah masyarakat lain yang lebih subur lingkungan alamnya.

           Hal itu hampir senada dengan keadaan masyarakat di negara Arab, yang memiliki karakter alam yang sedemikian ganas. Ganasnya alam membuat segala sesuatu menjadi serba sulit. Karena terbiasa menghadapi kehidupan yang sulit itulah akan menimbulkan karakter masyarakat yang keras, sulit bersikap toleran, dan mudah terjadi konflik horisontal misalnya perebutan property, pencaharian dan wilayah kekuasaan. Maka dapat dipahami bahwa konflik horisontal lebih sering terjadi di wilayah-wilayah yang memiliki karakter alam yang ganas dan keras. Rahayu....!

Tidak ada komentar: