Pergaulan Manusia Dengan Alam
Rahayu....!
Desa mawa cara, negara mawa tata. Setiap desa memiliki tata cara, tradisi dan kebudayaan
yang berbeda-beda. Setiap negara memiliki aturan dan undang-undang yang
berbeda-beda pula. Setiap tata cara, tradisi, budaya, undang-undang tentu akan
dipengaruhi oleh pola interaksi antara masyarakat dengan alam sekitarnya. Misalnya
masyarakat Arab sejak pra Islam terutama wanita sudah mengenakan burqa atau
kain penutup wajah dan kepala lazim di sebut cadar. Bentuk mode pakaiannya pun
seperti jubah panjang menutup seluruh tubuh. Hal itu disebabkan oleh kondisi
alam yang teramat panas di siang hari, dingin di waktu malam hari, dan sering
terjadi badai gurun. Pakaian model demikian tentunya akan melindungi tubuh dari
keganasan alam sekitarnya. Demikian pula masyarakat Afghan, India, Pakistan,
walaupun memiliki latar belakang agama yang berbeda-beda namun mereka masih
satu rumpun yang memiliki akar kebudayaan yang sama. Lihat saja model
pakaiannya hampir memiliki kesamaan.
Pada intinya bahwa tradisi dan
budaya merupakan proses interaksi manusia dengan alam. Sehingga terjadi
penyeimbangan atau harmonisasi antara manusia dengan alam sekitarnya. Bahkan
karakter alam akan sangat berpengaruh terhadap karakter masyarakatnya. Misalnya
masyarakat Sunda yang ramah, andap asor, terbuka, lunak, namun juga cenderung
kurang gigih, semua itu dipengaruhi oleh keadaan alam yang subur, cukup air,
mudah bercocok tanam, mudah mencari mata pencaharian. Gunung-gunung dan
pemandangan alamnya yang menakjubkan mempengaruhi nilai seni dan budayanya
pula. Coba perhatikan tiupan seruling Sunda dengan nada-nadanya yang indah
meliuk-liuk, merdu dan syahdu menyayat hati. Seolah mengikuti lekuk-liuk kontur
pegunungan nan indah dan syahdu. Perhatikan pula logat bahasanya yang mesra
mendayu, seolah mengikuti irama alam sekitarnya. Lain halnya dengan masyarakat
Madura di wilayah bangkalan. Kondisi alam yang kering dan tanah yang sulit
untuk bercocok tanam, menyebabkan gaya hidup yang serba terbatas. Cara bermukim
berkelompok. Dan memiliki karakter yang keras. Seolah mengikuti keadaan alam
yang ganas dan mengharuskan pola hidup yang keras. Jika mental atau karakternya
tidak keras maka akan sulit bertahan hidup di tanah Bangkalan. Mata pencaharian
yang sulit akan membangun sikap hemat namun cenderung melakukan invasi ke
wilayah masyarakat lain yang lebih subur lingkungan alamnya.
Hal itu hampir senada dengan keadaan
masyarakat di negara Arab, yang memiliki karakter alam yang sedemikian ganas.
Ganasnya alam membuat segala sesuatu menjadi serba sulit. Karena terbiasa
menghadapi kehidupan yang sulit itulah akan menimbulkan karakter masyarakat
yang keras, sulit bersikap toleran, dan mudah terjadi konflik horisontal misalnya
perebutan property, pencaharian dan wilayah kekuasaan. Maka dapat dipahami
bahwa konflik horisontal lebih sering terjadi di wilayah-wilayah yang memiliki
karakter alam yang ganas dan keras. Rahayu....!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar