Sabtu, 27 April 2013

Menelisik Rahasia Filsafat Kejawen Bag 8


 Rahayu.....!
        Celakanya, kristalisasi nilai kebudayaan yang keras yang berasimilasi ke dalam nilai-nilai agama atau falsafah hidup suatu masyarakat, di kemudian hari akan sangat berbahaya menjadi doktrin kebenaran apabila hanya dipahami secara tektual/teks-book. Itulah salah satu alasan mengapa mempelajari agama harus disesuaikan dengan konteks zamannya atau dipahami secara kontekstual. Terlebih lagi apabila nilai-nilai tersebut diekspor ke masyarakat lain yang memiliki karakter berbeda. Akan beresiko terjadi disharmoni dan anti-sinergisme dengan lingkungan alamnya. Masyakarat lokal (origin/pribumi) akan teralienasi oleh nilai imitasi impor yang pada gilirannya justru menghilangkan kesadaran tertinggi jati diri, yakni kesadaran rahsa sejati. Ujung dari semua itu, adalah masyarakat yang terombang ambing kehilangan jati diri, tidak mengenali karakter alam sekitarnya, serba salah langkah, dan salah kaprah dalam mengambil kebijaksanaan. Maka kemurkaan alamlah yang terjadi.

        Banyak cara dapat ditempuh untuk mewujudkannya misalnya dengan laku spiritual biasa disebut sebagai laku prihatin (perih karasa ing batin). Cara-cara lainnya misalnya dengan berbagai ritual tradisi dan kebudayaan. Dalam mistik Kejawen atau falsafah hidup Jawa semua itu dapat dimaknai sebagai laku kebatinan (rohaniah). Tujuan dari semua itu tidak lain sebagai upaya menggapai kesadaran tinggi yakni kesadaran rahsa sejati. Kesadaran rahsa sejati menjadi pemandu yang efektif dalam manembah kepada Tuhan YME.

          Pencapaian kesadaran tinggi bukanlah bersifat instan, hanya dengan ritual-ritual misalnya puasa, dan dengan rapalan-rapalan atau wirid saja. Lebih utama dari semua itu adalah amalannya atau laku perbuatan konkrit (manifestasi) dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Manusia Jawa memahami bahwa lakutama atau perilaku utama (baik dan mulia) berupa manifestasi perbuatan terhadap sesama makhluk, baik terhadap sesama manusia maupun makhluk lainnya (termasuk alam semesta). Lakutama merupakan jalan utama menuju panembahan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Atau dapat dianalogikan bahwa habluminannas (dimensi horizontal) merupakan jalan utama menggapai habluminallah (dimensi vertikal). Rahayu.....!

Tidak ada komentar: