4. Rahayu....! Anda
yakin Tuhan Maha Adil dan Bijaksana? Sebagaimana tampak dalam hukum alam yang
penuh keadilan dan keseimbangan. Dalam ilmu biologi Anda dapat mencermati
rantai makanan yang jelas-jelas mengikuti rumus keseimbangan alam. Binatang di
awal mata rantai jumlahnya semakin sedikit dan proses populasinya berjalan
lamban, sedangkan hewan yang berada ujung mata rantai berkembang biak secara
cepat dalam jumlah besar. Itulah bahasa alam, bahasa tentang keadilan dan
kebijaksanaan, yang menginformasikan kepada manusia bahwa Tuhan Maha Adil.
Konsekuensinya, manusia harus selalu berbuat adil dan bijaksana dalam laku atau
perbuatan hidup sehari-hari kepada sesama manusia, makhluk hidup, dan alam
semesta. Sikap sebaliknya, manusia lebih sering melawan kodrat alam. Manusia
menutup mata dan telinga lalu dengan seenaknya berbuat melawanan hukum alam
yang tertata, tertib, rapi, adil dan bijaksana. Manusia melakukan penebangan
hutan secara liar hingga mengakibatkan pemanasan global, banjit dan terjadi
abrasi pantai. Manusia melakukan ekploitasi kehidupan laut secara membabi buta
sehingga terjadi ketidakseimbangan mata rantai hingga berakibat kepunahan
berbagai jenis binatang. Manusia juga merombak sungai menjadi perumahan mewah,
jalur hijau dan resapan air ditanami bangunan rumah hingga mengakibatkan
banjir, tanggul jebol, tanah longsor, semua memakan korban jiwa yang tidak
sedikit. Apakah pola pikir anda masih menganggap bahwa semua itu sebagai cobaan
bagi orang-orang yang beriman? Atau sebagai kehendak Ilahi? Tidak! Tuhan tidak
sekejam itu, manusialah yang teramat lancang berani menganggap Tuhan sebagai
obyek penderita. Lebih tepat dikatakan sebagai ngunduh wohing pakarti.
Manusia mendapat bebendu atau hukuman atas penentangannya terhadap rumus-rumus
alam, hukum alam, atau kodrat Tuhan.
5. Kesadaran
kita dalam memahami Tuhan Mahakuasa, adalah sikap penguasaan terhadap hawa
nafsu negatif yang ada di dalam diri kita pribadi. Sikap mawas diri, mulat
sarira, angon wayah, merupakan penjelmaan atas penghayatan yang sungguh-sungguh
terhadap kesadaran bahwa Tuhan Mahakuasa. Sikap antagonisnya terjadi bilamana
manusia selalu bernafsu ingin menguasai dan menindas orang lain secara tidak
absah. Menaklukkan, menghancurkan, menundukkan dan menghegemoni pihak lain.
Sikap megalomania, narsistis, takabur, golek menange dewe, menganggap orang
lain tidak benar dan pantas dilenyapkan, merupakan bentuk negasi dari sikap
penguasaan terhadap diri pribadi. Bahkan sikap paling ekstrim dan sangat
berbahaya adalah bilamana manusia yang maha lemah mengklaim diri sebagai
pembela Tuhan Yang Mahakuasa. Mengaku dirinya adalah Utusan Tuhan yang berhak
membunuh orang lain yang dianggap secara sepihak menurut persepsi pribadi
sebagai musuh Tuhan. Apakah mereka tidak menyadari apabila Tuhan memiliki musuh
(yang berasal dari makhluk ciptaanNya sendiri) sangat terdengar aneh bila
mengutus manusia berada di jalan jihad dengan membunuh musuh-musuhNya. Apakah
Tuhan Maha-lemah sehingga mengutus manusia membunuh manusia lainnya? Bukankah
kekuasaan Tuhan mampu membunuh milyaran manusia hanya kurang dari satu detik
saja? Marilah kita camkan bersama!Rahayu....!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar